Kamis, 08 Maret 2012

00.10









PENGETAHUAN untuk mengenali bakat diri atau anak
kita sangatlah penting karena akan mempengaruhi keberhasilan masa
depannya, bagai mana mengelola, mengetahui dan mengembangkan potensi
bakat yang ada, yang kita tahu setiap individu dilahirkan adalah UNIK?
Berikut kompilasi tulisan yang di sadur kan habis dari Kompas untuk
pengetahuan kita semua.
Dari Mana Bakat Anda?
shutterstock
Meskipun terdapat aspek bakat yang dibawa sejak lahir, kita
juga punya kekuatan lain untuk membentuk bakat apapun yang kita
inginkan. Hanya saja, hal itu harus dilakukan sejak balita hingga usia
belasan tahun
Selasa, 12 Mei 2009 | 11:26 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Apakah bakat Anda muncul sejak lahir atau sengaja
Anda ciptakan lewat latihan-latihan tertentu? Membincangkan asal-muasal
bakat memang menarik dan seolah tak berujung.
Saat lahir, kita memiliki 100 miliar neuron. Tiga bulan atau 60 hari
menjelang kelahiran, neuron yang kita miliki itu sudah berkomunikasi
satu sama lain. Mereka bahkan membentuk jalinan yang dinamakan dengan
axon. Lalu, saat jalinan terbentuk, sebuah sinapsis pun otomatis
terbentuk.
Di usia tiga tahun, setiap 100 miliar neuron kita itu telah
menciptakan jaringan sinapsis dengan neuron lainnya. Koneksi antarneuron
inilah yang menjadi awal mula munculnya bakat. Tandanya, anak terlihat
aktif luar biasa.
Ya, tanda tersebut kerap mudah kita cermati pada dua periode usia
kita, yaitu ketika kita menginjak usia balita dan saat kita berusia
belasan atau duduk di kelas 1 atau 2 SMA. Di masing-masing periode itu,
kita (anak) dikenal begitu aktif, bahkan saking aktifnya, tak sadar kita
seringkali disebut “nakal” tak keruan.
Tentu saja. Karena memang, banyak hal ingin kita ketahui, mencoba,
dan lakukan. Kita pasti marah atau memberontak ketika kemauan kita
tersebut dihalangi.
Nah, benarkah itu bakat? Rasanya, terlalu cepat kita mengambil
kesimpulan bahwa itu merupakan bakat. Mungkin, lebih tepat, hal itu akan
menjadi bakat kita atau tidak, karena akan sangat tergantung pada minat
kita kelak.
Hal itu membuktikan bahwa setiap jalinan sinapsis akan terus
mendorong diri kita untuk tidak henti melakukan apa pun yang kita mau
terkait minat kita. Yang terjadi, kita akan kebingungan memilih ini atau
itu, mencoba melakukan ini atau itu, dan kita tidak terfokus untuk
mematangkan sebuah nilai kompetensi tertentu.
Untuk itulah, di usia 16 tahun, hukum alam memutus separuh dari
jejaring sinapsis tersebut. Dan tidak ada manusia bisa membentuknya
kembali utuh seperti semula.
Namun, sejak terputusnya jaringan sinapsis itu, bakat kita malah
justru benar-benar mulai terasah. Karena hal itu memberi kita ruang
lebih luas untuk fokus dan benar-benar mengeksploitasi beberapa sinapsis
tertentu.
Latihan tak selalu sempurna
“Ya, latihan menjadikannya (bakat) sempurna. Saat hal itu datang
sebagai bagian dari hidup Anda, Anda harus mencintainya. Jika tidak,
Anda tidak akan dapat bekerja dengan baik dan meraih yang terbaik”.
Demikian hal itu dikatakan oleh Dr Anders Ericsson dalam buku
Cambridge Handbook of Expertise and Expert Performance. Di situ Anders
memandang orang-orang berpengalaman, baik itu seorang pebalet, pemain
basket, atau pembuat program komputer, hampir selalu “dibuat” atau
“dilatih”, dan bukan dilahirkan.
Pendapat Anders tersebut diamini oleh hasil penelitian Marcus
Buckingham dan Donald O Clifton’s. Penelitian berdasarkan riset selama
25 tahun dan berbiaya sangat besar itu dilakukan terhadap dua juta
pemilik karier dari 101 perusahaan di 63 negara. Hasilnya, meskipun
terdapat aspek bakat yang dibawa sejak lahir, ternyata kita punya
kekuatan lain untuk membentuk bakat apa pun yang kita inginkan.
Hanya saja, hasil penelitian itu masih memberikan catatan penting.
Bahwa semua hal itu harus dilakukan sejak balita hingga usia belasan
tahun. Ya, karena seperti kita ketahui, sampai di situlah batas otak
kita dalam membuat jalinan sinapsis antarneuron.
Kiranya, lebih dari 20 tahun sudah, Anda harus menemukan dan menggali
bakat Anda. Kini, mustahil Anda bisa menyuruh neuron di otak Anda untuk
membentuk sinapsis baru. Hanya satu yang bisa Anda lakukan adalah Anda
membentuk jalinan sinapsis di sekeliling sinapsis utama yang sudah
terbentuk sebelumnya sejak Anda lahir.
Tidak, hal itu tidak akan membuat diri Anda merasa terbatas! Anda
hanya diminta untuk melatih segala hal yang Anda sukai. Jika Anda suka,
itu pertanda bakat Anda dan menjadi investasi bagi diri Anda sendiri di
masa depan.
Dan jangan khawatir, Anda bisa membaca tanda-tanda (sign) bahwa bakat
Anda telah hadir dalam diri Anda, yaitu:
- Nyamankah Anda saat menjalaninya? Hingga dalam sanubari Anda pun
terngiang, “Rasanya ini cocok sekali buat saya.”
- Anda yakin, di hati selalu muncul rasa rindu bisa melakukannya?
Bahkan sebelum menjalaninya, senantiasa timbul rasa rindu yang tinggi
hingga lekas-lekas ingin melakukannya.
- Seberapa besar rasa penasaran Anda? Seberapa kuat keinginan Anda
untuk belajar mendalami hal ini? Seberapa fokus dan mudah
berkonsentrasinya Anda terhadap hal ini?
- Puaskah Anda usai menjalaninya? Bukan puas pada hasil, tetapi
batin, apakah Anda memang terpuaskan?
Kiranya, perlu Anda cermati dan buktikan bahwa beberapa hal di atas
memang tanda-tanda hadirnya bakat Anda. Tetapi sebaliknya, tidak perlu
kecewa apalagi sedih jika tidak melihat tanda-tanda itu hadir di diri
Anda.
Ya, sekuat apa pun Anda melatih dan menciptakan agar tanda-tanda itu
hadir pada diri Anda, dalam perjalanan waktu hal itu malah akan membuat
Anda tidak merasa nikmat melakoninya. Nyatalah bahwa latihan tidak
berlaku dan mampu tampak sempurna pada segala bidang.
Lalu, apa yang kini harus Anda lakukan?
Tidak ada, kecuali Anda hanya harus menjadi diri Anda sendiri. Ingat,
Anda tidak bisa menjadi apa yang Anda inginkan, tetapi Anda bisa
menjadi diri yang melebihi siapa diri Anda saat ini! (Berbagai sumber)
Dari Mana Bakat Anda? (Bagian II – Habis)
Selasa, 12 Mei 2009 | 19:58 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Ditanya akan memilih jurusan apa saat kuliah
nanti, Santi mengaku bingung menentukan pilihan, apalagi ketika pilihan
tersebut dikaitkan dengan bakat dan minatnya. “Jangankan memilih sesuai
minat dan bakat, saya sendiri pun belum tahu minat dan bakat saya,”
katanya.
Santi (18), sebutlah namanya begitu, mengaku dirinya memang bukan
siswa pandai di kelas. Namun, ia juga bukan nomor buncit dalam urusan
nilai pelajaran. Hanya, dia merasa tidak “ngeh” soal minat atau bakatnya
pada hal-hal tertentu.
Memang, kerap orang mengatakan minat dan bakat adalah teropong bagi
jalan kehidupan di masa depan. Membayangkannya pun terasa menyenangkan
karena dengan keduanya kita bisa menjadi siapa pun yang diinginkan
asalkan mau kerja keras dan pantang menyerah.
Kenyataannya, pemahaman itu justru sebaliknya. Hal itu sering kali
menimbulkan masalah ketika kita beranjak dewasa dan tiba saatnya memilih
bidang pendidikan dan karier. Pemahaman itu sedikit banyak menciptakan
ilusi akan beragam pilihan bidang pendidikan dan karier yang menjanjikan
masa depan. Dan lagi, apakah semua itu pilihan yang benar-benar kita
inginkan?
Selain itu, pemahaman tersebut juga membentuk imajinasi tersendiri
bahwa kita bisa menjadi sosok terbaik di bidang apa pun yang kita
minati. Duh, apa betul begitu? Apakah bisa, prestasi seorang Chris John
yang dielu-elukan berkat tinjunya di atas ring itu akan bersinar oleh
puja-puji pula di lapangan basket?
Nyatanya tidak. Adalah sebuah fakta bahwa kita memang tidak bisa
menjadi siapa pun yang kita mau. Kita lupa, selain minat, ada faktor
lain yang sangat menentukan langkah kita ke depan. Ya, bakat dan latihan
khusus untuk mempertajamnya.
Temukan, Bukan Ciptakan
Kenyataan, tidak semua orang bisa menjadi seorang Chris John,
Bill Gates, atau David Beckham. Mereka bertiga punya bakat alami dan
telah menjadikan bakat itu sebagai investasi yang dilatihnya sejak lama.
Dan kita tidak bisa membuat dan mengubahnya “semau gue”.
Sekarang, lihat ke sekeliling Anda! Mungkin, ada orang yang suka
duduk berlama-lama di depan laptop? Bahkan saking lamanya Anda lupa,
kapan orang itu makan dan minum?
Atau, Anda pun mungkin bingung, kenapa rekan dekat Anda lebih memilih
les guru bahasa Inggris ketimbang Anda yang lebih senang naik gunung
atau bermain band di saat libur? Banyak, dan banyak lagi contoh yang
kita pun tidak tahu keuntungan mereka melakukan semua itu.
Anda pun sebetulnya bisa begitu. Meniru untuk kreatif berekspresi
seperti mereka, berhasil lalu merasa puas. Namun kelak yang terjadi,
Anda tidak akan pernah merasa nyaman melakukan hal-hal di luar kerangka
bakat Anda tersebut.
Ya, Anda tidak akan bisa menjadi mahasiswa arkeologi dan menjadi
arkeolog mumpuni karena Anda sebenarnya sama sekali tidak hobi
“keluyuran”. Usaha Anda hancur terus dan kapok untuk terjun ke bidang
bisnis sehingga Anda memilih kembali menjadi karyawan. Tidak salah, Anda
memang tidak punya hobi itu. Anda tidak bakat!
Mutlak, Anda harus paham apa yang disebut dengan bawaan atau nature
(hormonal atau DNA) dan latihan atau nurture. Sejatinya, yang harus Anda
lakukan ialah membentuk diri Anda tak ubahnya dengan bawaan Anda sejak
lahir. Anda jangan hanya menginginkan suatu bidang pendidikan yang bisa
membuahkan karir tertentu dengan gaji selangit.
Jika itu Anda lakukan, berarti Anda sudah “bunuh diri”. Pasalnya,
kerangka neurologis Anda yang telah membentuk bakat tersebut akan
menolak. Alhasil, Anda tidak dapat menikmatinya. Kecuali, Anda memang
berniat keras untuk menambal “kekurangan” tersebut dengan nurture,
dengan latihan-latihan khusus.
Semakin cepat Anda sadar untuk melihat diri Anda dan menemukan
potensi di dalamnya, semakin beruntung pula Anda. Pilihan minat dan
bakat Anda dengan sendirinya akan lebih mudah Anda tentukan.
Anda mulai bisa memilih peran Anda, bentuk pendidikan yang cocok
untuk menambal peran tersebut, serta produktifitas yang akan Anda
hasilkan kelak di dunia kerja. Cara memulainya, simak beberapa hal di
bawah ini:
Maksimalkan kekuatan Anda, tuntaskan pula kelemahan Anda!
Jika Anda termasuk orang yang sulit berdiplomasi, dapatkah Anda terjun
bebas ke dalam bidang ini karena Anda menyukainya? Kalau Anda tergolong
paling lambat mengambil keputusan, dapatkah Anda melatihnya sekeras
hati? Jika Anda bukan seorang konseptor, siapkah Anda menjadi seorang
“ahli lapangan” agar kekurangan Anda tersebut lenyap ditelan bumi!
Tidak cukup latihan keras, Anda butuh bakat alami!
Memang, antara pengetahuan, keterampilan, serta materi bisa Anda
dapatkan melalui belajar dan latihan. Namun, hal sesungguhnya yang
penting adalah bakat sebagai bawaan Anda sejak lahir. Anda akan mampu
melakukan segala hal berkat keterampilan, sementara kuantitas dan
kualitas Anda melakukannya adalah berkat dorongan bakat alami Anda.
Siapkan sistem pendukung hindari aktivitas tak terarah!
Sistem pendukung itu bisa saja hanya berupa pesan singkat di ponsel
atau sekadar kertas-kertas yang Anda tempel di meja belajar, bahkan
pintu kamar!
Sadar dan amati reaksi spontan Anda saat menyikapi hal atau kejadian
Nah, bagaimana Anda akan mengambil peran atas kejadian itu? Anda
cenderung memegang kendali, membuat analisa hal itu secara seksama, atau
hanya berusaha mencari sisi-sisi lain ternyata tidak penting dari
kejadian tersebut?
Amati besarnya niat dan keinginan Anda melakukan aktivitas tertentu
Dari situ, yakinkan bahwa sebuah aktivitas telah membuat Anda rindu
untuk berulang melakukannya. Rasa rindu itu akan senantiasa timbul
hingga Anda lekas-lekas melakoninya.
Secepat apa Anda belajar dan menguasai sebuah bidang tertentu?
Secepat kilat atau selambat becak? Sadari hal itu dan bandingkan upaya
Anda dengan hasil yang didapatkan oleh rekan-rekan Anda.
Sepuas apa perasaan Anda seusai melakukannya?
Entah, karena yang pasti, saat melakukannya Anda nyaman, senang, dan
membuat Anda sejenak tenggelam di dalam keasyikan melakukannya.
Monitor perilaku dan perasaan Anda ketika menjalaninya
Dari sini Anda akan mengevaluasi apa yang sudah Anda lakukan. Amati dan
berikan analisis pada diri Anda. Benarkah ini pilihan Anda?
Anda tidak bisa menikmati? Anda lambat dan merasa tidak berkembang?
Tinggalkan sekarang juga! Cari peran lain, jangan habiskan uang dan
waktu Anda hanya untuk mengatasi kelemahan Anda, melainkan juga pertajam
bakat dan kekuatan alami dalam diri Anda.
Ingat, banyak orang muda yang sukses. Yakinlah bahwa mereka memang
pribadi-pribadi yang menemukan bakatnya sejak dini dan mau belatih
sebagai investasi di masa depannya.
LTF
Hati-hati Tentukan Potensi Bakat Anak!

KOMPAS.com – Kalangan orangtua diingatkan untuk lebih berhati-hati dalam
membantu menentukan pilihan program studi di perguruan tinggi pada
anak-anak yang lulus SLTA, agar tidak sampai salah hingga kemudian
terjadi penyesalan.
Hal itu mengingat pilihan terbaik program studi adalah yang sesuai
dengan potensi bakat anak, namun banyak terjadi salah pada minat
anak-anak atau bahkan keinginan orangtua, yang sifatnya sesaat dan
berubah-ubah, demikian terungkap dari seminar psikologi dan pendidikan
di Denpasar, Minggu.
Pada acara bertema Mencetak Anak Juara Dari Rumah yang pesertanya
melimpah sampai sekitar 1.000 orang sehingga harus dibagi dalam dua sesi
itu, menampilkan pembicara, Instruktur Smart Primagama, Drs H Supriyadi
dan psikolog dari Yogyakarta, Nurmey Nuruly, SPsi.
Supriyadi mengingatkan, pentingnya pihak sekolah maupun
orangtua/walimurid
membantu menemukan potensi bakat pada anak-anak melalui berbagai metode,
misalnya dengan mengajukan berbagai pertanyaan guna mengetahui mereka
siap dan mudah atau kesulitan dalam menjawabnya.
“Jika beberapa pertanyaan dari salah satu bidang studi dapat dengan
mudah dijawab, maka bidang studi itulah salah satu indikasi potensi
bakatnya. Tetapi akan lebih akurat apabila melalui cara ilmiah seperti
tes psikologi, metode sidik jari dan lainnya,” katanya.
Sementara Rully menekankan pentingnya membangun suasana senang pada
anak-anak, agar mampu dengan mudah mempelajari hal-hal yang sesuai
dengan potensi maupun minatnya.
“Kenapa anak-anak suka sulit disuruh belajar, karena mereka berada
dalam suasana yang tidak mendukung. Coba mereka senang, tidak disuruh
pun akan rajin belajar,” ucapnya seraya mengingatkan bahwa anak-anak
bukan “orangtua kecil”.
Penciptaan suasana senang, gembira, baik di rumah maupun di sekolah,
akan mampu menggali potensi bakat yang bersangkutan, sehingga dapat
memudahkan proses penjurusan di SLTA maupun pemilihan program studi ke
jenjang perguruan tinggi.
Ia mengingatkan, bahwa selama ini banyak terjadi anak-anak menempuh
studi yang sebenarnya tidak sesuai dengan potensi bakatnya, hanya karena
menuruti keinginan orangtua atau minat sesaat yang didasarkan ajakan
teman atau bahkan sekedar gengsi.
“Janganlah kita memaksakan anak-anak menempuh studi pada bidang yang
tidak sesuai potensi, apalagi tidak diminati. Hal itu sama saja kita
’memenjarakan’ mereka selama masa studi. Tetapi kalau belajar sesuai
potensi bakat, maka mereka akan enjoy dan hasilnya bisa memuaskan,”
tambahnya.
ABD
Sumber : Antara
Keluarkan Potensi Anda
Selasa, 20 Januari 2009 | 09:44 WIB
Sudah mengetahui bakat yang dimiliki? Mulailah Anda mengembangkannya.
Namun jika belum tahu apa bakat yang dimiliki, belum terlambat untuk
mengetahuinya. Anda hanya butuh empat kunci berikut untuk mengeluarkan
potesi Anda yang sesungguhnya.
1. Keahlian
Pernahkah Anda mempelajari sesuatu yang benar-benar baru dan ternyata
Anda dapat menguasainya dengan mudah? Atau mengerjakan sesuatu lebih
cepat dari rekan lain? Bisa jadi, itulah bakat yang sedang memanggil,
menunggu Anda melepaskan dan mengembangkannya.
Jika Anda dengan mudah bisa menyelesaikan sebuah perhitungan saat
orang lain menyumpahi kalkulator, itu artinya bakat Anda sebagai seorang
akuntan atau banker sedang berusaha muncul dan menyapa Anda. Nah,
pikirkanlah hal-hal yang begitu mudah bagi Anda tetapi tidak bagi
teman-teman. Kemudian, perhatikan bakat apa yang tengah bekerja pada
diri Anda.
2. Ketertarikan
Cara lain menemukan bakat adalah dengan memikirkan hal-hal yang
begitu Anda inginkan. Seringkali hal-hal yang menarik perhatian selalu
berkaitan dengan kemampuan alami atau bakat. lni merupakan suatu pola
konsisten dalam hidup dan bukan sekadar cara menghabiskan waktu alias
hobi semata.
Nah, coba pikirkan apa yang paling Anda ingin lakukan seharian?
Menonton film? Melatih hewan? Menata barang? Memainkan alat musik? Atau
membaca buku? Sesuatu itu tidak harus yang menjadi ambisi Anda, meski
ambisi merupakan petunjuk kuat adanya bakat yang tengah bekerja.
Jika Anda seorang pembaca yang tekun atau rajin menulis di blog, bisa
jadi bakat tersembunyi Anda adalah menulis. Atau bisa saja ketertarikan
pada buku membawa Anda pada karier kepustakaan, penerbitan, dan
lain-lain.
3. Kepuasan
Apa yang membuat Anda merasakan kebahagiaan dan kepuasan dalam
bekerja? Pekerjaan apa yang membuat Anda begitu hanyut dan merasa tak
ingin berhenti saat mengerjakannya? Bagi para atlet, perasaan hanyut
sering terjadi ketika mereka berolahraga. Sementara bagi para ahli
komputer, perasaan hanyut terjadi ketika mereka menghadapi piranti
lunak.
Dalam keadaan hanyut, kita memang menjadi sangat terfokus pada
kesempatan untuk menggunakan bakat. Alhasil, pola gelombang otak kita
saat itu begitu mirip dengan pola gelombang otak ketika kita tertidur
lelap. Nah, sekarang apa yang membuat Anda terhanyut? Jika Anda belum
juga menemukan, pikirkan suatu kegiatan yang membuat Anda terlibat
sepenuhnya. Mungkin bakat Anda ada di sana.
4. Kebiasaan
Pernahkah Anda dipuji karena kemampuan atau sikap Anda? Misalnya,
orang menilai Anda sebagai karyawan yang sangat teratur atau ide
pemasaran Anda hebat, atau Anda pendengar yang baik, dan lain
sebagainya. Lewat komentar orang-orang di sekitar, Anda juga bisa
mengetahui kemampuan alami Anda.
Ketrampilan alami memang bisa muncul dalam berbagai cara. Namun,
kadang kita menganggapnya biasa saja karena ketrampilan itu sudah sangat
melekat sehingga hampir tak disadari kehadirannya.
Lalu, bagaimana mengenali bakat itu? Coba cermati apa yang membuat
orang tertarik pada Anda, mengenali Anda atau terfokus pada Anda? Apakah
Anda menjadi tempat curahan hati teman-teman? Atau mereka selalu
meminta pendapat Anda soal pakaian? Nah, di sanalah bakat Anda
tersimpan. Anda hanya perlu mencari kesempatan untuk mengembangkannya.
(Chic/Erma Dwi Kusumastuti)
Ciri-Ciri Anak Berbakat
Selasa, 7 Oktober 2008 | 11:53 WIB
Dalam bukunya, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Prof.
Utami Munandar menuliskan indikator keberbakatan sebagai berikut:
* Ciri-ciri Intelektual/Belajar:
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas,
penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat),
daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan), menguasai
banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering membaca, ungkapan
diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus
maupun peta dan ensiklopedi.
Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan,
cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih
muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.
* Ciri-ciri Kreativitas:
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik,
memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam
menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu
bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya
serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya
imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan
gagasan, karangan, dan sebagainya.
Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang
diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba
hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan
(kemampuan elaborasi).
* Ciri-ciri Motivasi:
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama,
tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas
putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin
mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha
berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya),
menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya
terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).
Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan
tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah
yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu),
mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan
sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan
soal-soal.

0 komentar:

Posting Komentar