Folklor, Mitologi, Legenda, Upacara, dan Lagu-lagu digolongkan dalam teks
lisan sebagai bagian kebudayaan lisan dan dapat dijadikan sebagai sumber untuk
penulisan sejarah (historiografi) setelah dibandingkan dengan sumber-sumber
lain yang sezaman.
Terdapat sejarah di dalamnya yaitu berupa ingatan kolektif yang tersimpan
dalam ingatan manusia yang diwariskan secara turun temurun melalui tradisi
lisan.
1. Folklor
Folklor adalah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang tersebar atau
diwariskan secara turun temurun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat
tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi
tidak dibukukan.
Ciri-ciri folklor:
- Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit 2 generasi).
- Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
- Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
- Folklor terdiri atas banyak versi
- Mengandung pesan moral
- Mempunyai bentuk/berpola
- Bersifat pralogis
- Lugu, polos
Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor
dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1) Folklor Lisan
Merupakan folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan,
disebarluaskan, dan diwariskan secara lisan.
Folkor jenis ini terlihat pada:
(a) Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat
komunikasi diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan
sebagai sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa
kata bahasanya, julukan.
(b) Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari
pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan
kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c) Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang
mengandung satu atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d) Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki
bentuk tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk
memulai suatu permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e) Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan
secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat. Seperti: mite,
legenda, dongeng.
(f) Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu
masyarakat yang diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional.
Berfungsi rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk
menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara.
Seperti: lagu-lagu dari berbagai daerah.
2) Folklor Sebagian Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan
lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam
folklor sebagian lisan, adalah:
(a) Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap
tidak berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah,
menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur
kata.
(b) Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak
disebarkan tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel,
main tali,dsb.
(c) Teater rakyat
(d) Tari Rakyat
(e) Pesta Rakyat
(f) Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh
adanya keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat
biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan
yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
3) Folklor Bukan Lisan
Merupakan folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya
diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil (artefak). Yang
termasuk dalam folklor bukan lisan:
(a) Arsitektur rakyat (prasasti,
bangunan-banguna suci)
Arsitektur merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
(b) Kerajinan tangan rakyat
Awalnya dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk
kebutuhan rumah tangga.
(c) Pakaian/perhiasan tradisional yang khas
dari masing-masing daerah
(d) Obat-obatan tradisional (kunyit dan
jahe sebagai obat masuk angin)
(e) Masakan dan minuman tradisional
2. Mitologi
Mite (myth)
Berarti cerita yang memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh
masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak
mengandung hal-hal gaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa atau setengah dewa.
Mitologi adalah ilmu tentang kesusastraan
yang menagndung konsep tentang dongeng suci, kehidupan para dewa, dan makhluk
halus dalam suatu kebudayaan.
Peristiwanya terjadi di dunia lain, atau di dunia
yang bukan dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau
yang lama.
Cerita yang dimilki setiap suku bangsa di indonesia biasanya terkait dengan
sejarah kehidupan masyarakat di suatu daerah, seperti awal mula masyarakat
menempati suatu daerah. Kisah tentang terjadinya alam semesta, dunia, manusia
pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, dan gejala
alam serta petualangan para dewa, kisah percintaan, hubungan kekerabatan, kisah
perang mereka, dunia dewata, makanan pokok.
Cerita-cerita yang terkandung dalam mite bukanlah sejarah tetapi didalamnya
terdapat unsur-unsur sejarahnya.
Contoh mite:
Dewi Sri dari Jawa Tengah dan Bali
Nyai Pohaci dari Jawa Barat
Nyai Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta
Mado-Mado (lowalangi) dari Nias
Wahadi dari Timor
Mitos di Indonesia dibagi menjadi 2 macam berdasarkan
tempat asalnya, yakni:
1) Asli Indonesia
2) Berasal dari luar negeri terutama dari India,
Arab, dan kawasan Laut Tengah.
Mitos dari luar negeri umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut
sehingga tidak terasa lagi keasingannya, karena telah mengalami proses
adaptasi.
Sebagai contoh:
Orang jawa telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai
dewa dan pahlawan Jawa. Orang Jawa percaya bahwa mitos yang berasal dari epos
Ramayana dan Mahabarata terjadi di pulau Jawa dan bukan di India.
3. Legenda
Legenda adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai
suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
- Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.
- Legenda ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar biasa, dan seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.
- Legenda sering dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Meskipun dianggap sebagai sejarah tetapi kisahnya tidak tertulis maka legenda dapat mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
- Untuk menjadikan legenda sebagai sumber sejarah maka harus menghilangkan bagian-bagian yang menagndung sifat-sifat folklor, seperti bersifat pralogis (tidak termasuk dalam logika) dan rumus-rumus tradisi.
- Legenda diwariskan secara turun temurun, biasanya berisi petuah atau petunjuk mengenai yang benar dan yang salah. Dalam legenda dimunculkan pula berbagai sifat dan karakter manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu sifat yang baik dan yang buruk, sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya dijadikan pedoman bagi generasi selanjutnya.
Contoh Legenda:
Legenda Sunan Bonang, Tangkuban Perahu (Sangkuriang) dari Jawa Barat,
Putmaraga dari Banjarmasin (Kalimantan), Pinisi (Sawerigading) dari Sulawesi,
Hang Tuah dari Aceh.
Jan Harold Brunvard menggolongkan legenda menjadi 4 kelompok, yaitu:
(1) Legenda keagamaan (religious legend)
Termasuk dalam legenda ini adalah legenda orang-orang suci atau saleh
(hagiografi). Hagiografi meskipun sudah tertulis tetapi masih merupakan folklor
sebab versi asalnya masih tetap hidup diantara rakyat sebagai tradisi lisan.
Contoh: Legenda Wali Songo.
(2) Legenda Alam Gaib
Legenda ini berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah
dialami seseorang, berfungsi untuk meneguhkan kebenaran”takhyul” atau
kepercayaan rakyat.
Contoh: kepercayaan terhadap adanya hantu, gendoruwo, sundelbolong, dan
tempat-tempat gaib.
(3) Legenda Setempat
Legenda yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat, dan bentuk
topografi, yaitu bentuk permukaan suatu daerah.
Contoh: terbentuknya Danau Toba.
(4) Legenda Perseorangan
Cerita mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita
benar-benar pernah terjadi.
Conto: Legenda Panji yang berasal dari tradisi lisan yang sering
berintegrasi dengan dongeng “Ande-ande Lumut” dan dongeng ‘Kethek Ogleng”
4. Dongeng (folktale)
Dongeng merupakan prosa rakyat yang tidak
dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita. Dongeng tidak terikat
oleh waktu maupun cerita.
Dongeng adalah”cerita pendek” kolektif kesusastraan lisan.
Diceritakan untuk hiburan, meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran,
berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran.
Tokohnya, biasanya binatang (fables), seperti Si Kancil, maupun manusia
seperti Bawang Merah dan Bawang Putih.
Terkadang ada pergeseran sebuah legenda menjadi dongeng.
Contoh :
“Terjadinya Gunung Tangkuban Perahu” ke dongeng “Sangkuriang” dapat terjadi
karena kini cerita Sangkuriang oleh sebagian penduduk Sunda sudah dianggap
fiktif.
5. Lagu-lagu Daerah
Lagu adalah syair-syair yang
ditembangkan dengan irama yang menarik.
Lagu daerah adalah lagu yang menggunakan bahasa daerah.
Ciri-cirinya:
1.
Terdiri atas kata-kata dan lagu yang keduanya tidak
dapat dipisahkan.
2.
Sifatnya mudah berubah-ubah (dapat diolah menjadi
nyanyian pop)
3.
Beredar secara lisan diantara kolektif tertentu dan
memiliki banyak varian, berbentuk tradisional.
4.
Bentuknya sangat beraneka ragam, yakni dari yang
paling sederhana sampai yang cukup rumit.
Contoh:
Bungong Jeumpa, Ampar-ampar Pisang, Yamko Rambe Yamko, Butet, Kampung nan
Jauh di Mato.
Fungsi nyanyian rakyat:
1. Kreatif, yaitu untuk menghilangkan
kebosanan hidup sehari-hari untuk menghibur diri dan untuk mengiringi permainan
anak-anak.
2. Sebagai pembangkit semangat, yaitu
nyanyian untuk bekerja.
Holopis Kuntul Baris (Jawa Timur), rambate Rata(Sulawesi Selatan)
3. Sebagai protes sosial, yaitu proses
mengenai ketidakadilan dalam masyarakat atau negara bahkan dunia.
4. Untuk memelihara sejarah setempat dan
klan.
“hoho”(Nias),untuk memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut
Mado.
Menurut Brunvand, nyanyian rakyat dapat digolongkan dalam 3 jenis:
a. Nyanyian rakyat yang berfungsi
b. Nyanyian rakyat yang bersifat liris
Nyanyian bersifat liris biasanya sebagai pencetusan rasa haru pengarangnya
(anonim). Nyanyian, dibedakan menjadi dua yaitu:
- nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya, contoh: Lagu Cinte Manis
- Nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya, contoh: Pok Ame-ame dan Oh
Mama Saya Mau Kawin dari Betawi.
c. Nyanyian rakyat yang bersifat kisah
Contohnya:
Balada (sentimental) Pantun Sunda
Romantik (tentang cinta)
Epos (kepahlawanan) Ramayana
6. Upacara
Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada
aturan-aturan tertentu (adat istiadat, agama, dan kepercayaan)
Contoh:
Upacara penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai
perburuan, dan upacara perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara
sebelum berperang.
Fungsi Upacara:
1. Upacara adat biasanya dilakukan sebagai
ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan
perlindungan dan kesejahteraan pada mereka.
Upacara tersebut juga dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari kemarahan
kekuatan-kekuatan gaib yang seringkali diwujudkan dalam berbagai malapetaka dan
bencana alam. Biasanya terkait dengan legenda yang berkembang di masyarakat
tentang asal usul mereka.
2. Sebagai alat legitimasi tentang keberadaan
mereka seperti tertuang dalam cerita rakyat.
Contoh:
Upacara “Kasodo” oleh masyarakat Tengger di Sekitar Gunung Bromo.
Upacara “Larung Samudra” yaitu melarung makanan ke tengah laut.
Upacara “ Seren Taun” di daerah Kuningan
Upacara “ Mapang Sri” di daerah Parahyangan
Macam-macam upacara:
- Upacara Membuat Rumah
Rumah dipandang memilki nilai magis tersendiri yang diyakini memiliki
kekuatan dan melindungi kehidupan manusia. Sehingga, ketika pertama kali
mendirikan rumah mereka menggunakan berbagai macam sesaji yang dipercayai dapat
mendukung keselamatan keluarga atau orang yang mendirikan rumah, seperti di
daerah Toraja, Bali, dan Madura.
- Upacara kematian/ Penguburan
Muncul ketika adanya kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal akan pergi
ke suatu tempat yang tidak jauh dari lingkungan dimana ia pernah tinggal.
Contoh: tradisi penguburan di suku Toraja.
- Upacara Perkawinan
Pada suku Minangkabau, menganut garis keturunan matrilineal, sehingga
upacara perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga istri. Berbeda dengan suku
Batak dan Bali yang menganut garis keturunan patrilineal dimana upacara
perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga laki-laki.
(Berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar