I.
Judul :
Tralalatrilili
II.
Tema :
Persahabatan
III. Penokohan :
1)
Tra
2)
Lala
3)
Tri
4)
Lili
5)
Fauzia
6)
Bu Kepala Sekolah
7)
Pak Guru Yusuf
TRALALATRILILI
Pagi hari di sekolah di dalam kelas ada
3 orang murid yang sedang
berbincang-bincang. Anak-anak ini mempunyai geng yang bernama ‘Tralalatrilili’ yang
anggotanya ada 4 orang, yaitu Tra, Lala, Tri, dan Lili.
Tra :
(ceria) ”Pagi, sobat!!”
Lala :
“Pagi, Tra!”
Tra :
“Ngomong-ngomong kayanya ada yang kurang deh!”
Lala :
“Iya, yah.”
Lili :
“Ya iyalah ada yang kurang. Orang Tri belum datang.”
Tra :
“Oh iya. Pantas saja sepi banget biasanya kan dia yang paling bawel!”
Tiba-tiba Tri
datang, dengan wajah murung tanpa senyum sedikitpun dan langsung duduk ditempat
duduknya.
Lala :
“Tumben banget si bawel baru datang?”
Lili :
“Iya nih.. Kesiangan ya?”
Tri :
“Iya. (sambil termenung)”
Tra :
“Kamu kenapa Tri? Nggak biasanya kamu seperti ini. Biasanya kamu pagi-pagi udah
buat kita bertiga ketawa.”
Lala :
“Iya nih! Kamu sakit ya, Tri? Kayanya kamu lesu banget.”
Lili :
“Tau nih.. Ditanyain aja jawabannya singkat banget.”
Tri :
“Nggak kok, teman-teman. Aku nggak kenapa-napa, cuma lagi
malas ngomong aja.”
Tra :
“Ya udah Tri kalau memang kamu nggak kenapa-napa. Kita cuma takut aja kalau
kamu lagi kenapa-napa. Apa kamu lagi ada masalah atau kamu sedang sakit tapi nggak mau cerita?”
Tri :
“Nggak
kok.. Pokoknya aku nggak kenapa-napa. Kalian nggak usah
takut.”
(Bel masuk
berbunyi). Pak Yusuf masuk ke dalam kelas karena sudah
waktunya untuk mengajar.
Pak Yusuf : “Pagi anak-anak!!”
Anak-anak : (menjawab
serentak) “PAGI..”
Pak Yusuf :
“Baik pada hari ini kita akan melanjutkan materi yang minggu lalu Bapak
berikan. Tapi sebelumnya kumpulkan tugas kalian!”
Anak-anak : “IYA PAK.”
Tri : “Pak, buku tugas saya
tertinggal di rumah..”
Pak Yusuf :
“Tertinggal?!? Kamu tidak membawa tugasnya, apa tidak membuatnya?”
Tri : “Saya tidak membawanya, Pak.
Sungguh, saya tidak berbohong.”
Pak Yusuf :
“Ya sudah kalau begitu. Kamu tidak akan mendapat nilai seperti teman-teman kamu!”
Tri : (diam)
Lili :
(berbisik-bisik) Tri, kamu nggak bawa
tugasnya? Nggak biasanya kamu kaya gini.”
Tri :
“Iya Li, aku lupa. Semalam aku tidur malam banget. Jadi aku lupa memasukkan ke dalam
tasku.”
Pak Yusuf : “Bapak
akan berikan kertas yang isinya materi-materi penting untuk kalian pelajari.”
Pak Yusuf
membagikan kertas lembaran itu, anak-anak pun membacanya dan memahaminya. Lalu
ia memeriksa tugas yang dikumpulkan tadi. Tiba-tiba Ibu Kepala Sekolah datang
dan masuk ke dalam kelas.
Kepala Sekolah : “Permisi Pak Yusuf, saya minta
waktu sebentar.”
Pak Yusuf :
“Silahkan Bu, jam mengajar saya juga sudah habis.”
Kepala Sekolah :
“Anak-anak, maaf Ibu mengganggu belajar kalian. Ibu ke sini ingin memanggil anak yang bernama Tri. Yang bernama Tri
acungkan tangan.”
Tri : (mengancungkan tangan)
“SAYA, BU!”
Kepala Sekolah : “Ikut ke ruang Ibu sebentar. Ada
yang mau Ibu bicarakan.”
Tri : “Baik, Bu.”
Sesampainya di
ruang Ibu Kepala Sekolah, Tri duduk tegang di hadapan Ibu Kepala Sekolah.
Tri : “Ada apa ya, Bu, sampai saya di panggil ke ruang Ibu?”
Kepala Sekolah : “Begini, apa benar kamu sudah
menunggak SPP 3 bulan?”
Tri :
“Iya, Bu. Memang saya belum membayar uang SPP selama 3 bulan.”
Kepala Sekolah :
“Kenapa kamu sampai menunggak 3 bulan? Apa kamu sudah diberi uang oleh orang
tuamu tapi malah kamu pakai untuk hal lain?”
Tri :
“Tidak, Bu. Memang saya belum diberi uang oleh orang tua saya karena orang tua
saya belum punya uang.”
Kepala Sekolah :
“Ya sudah kalau begitu. Ibu sarankan, secepatnya kamu lunasi karena sebentar
lagi kamu akan UAN.”
Tri : “Baik, Bu. Secepatnya
saya akan melunasinya.”
Kepala Sekolah : “Iya. Kembalilah ke kelasmu!”
Tri : “Terima kasih, Bu. Permisi.”
Akhirnya Tri kembali
ke kelas. Di dalam kelas, Tra, Lala, dan Lili sedang asyik mengobrol.
Lala :
“Tri, Ibu Kepala Sekolah ngomong apa sama kamu? Ada masalah ya?”
Tri terpaksa
berbohong dengan sahabat-sahabatnya karena dia tidak mau sahabatnya jadi tahu
masalah dia dan ikut ke dalam masalahnya.
Tri :
“Nggak kok. Nggak ada masalah apa-apa. Cuma ngobrol masalah perpisahan aja. Aku
kan ketua panitia.”
Lala : “Oh.. Aku kira
kamu kenapa gitu.”
Tra :
“Teman-teman, nanti pulang sekolah antar aku ke toko buku, ya? Soalnya aku mau
beli novel-novel terbaru sekalian kita shopping.”
Lala, Lili : “IYA!”
Tra : “Tri, kok kamu diam? Apa kamu nggak mau ikut?”
Tri :
“Iya Tra, kayanya aku nggak ikut soalnya kan kamu tahu sendiri ayahku lagi
sakit, belum sembuh. Jadi aku harus membantu ibu menjaga ayah.”
Tra : “Ya sudah kalau begitu.”
(Bel istirahat berbunyi).
Tra : “Sudah istirahat. Kita ke
kantin yuk! Laper nih!”
Lili :
“Yuk! Aku juga laper!”
Lala : “Aku juga!”
Tri :
“Teman-teman, aku nggak ikut ya soalnya aku nggak laper dan lagi males ke
kantin. Kalian saja ya?”
Lala : “Ya sudah kalau kamu nggak
mau ikut. Kita ke kantin dulu ya?”
Tri terpaksa harus
berbohong lagi padahal dia bukan tidak lapar tapi tidak mempunyai uang. Tiba-tiba
tersirat di pikiran Tri untuk mengambil uang Tra yang ada di dalam tas. Uang
itu akan digunakan Tra untuk membeli novel dan belanja nanti sepulang sekolah.
Tri :
“Aku bingung nih harus membayar SPP tapi nggak punya uang. Mau
minta sama ibu tapi kan ibu lagi nggak punya uang, sudah habis untuk berobat ayah ke rumah
sakit. Apa aku ambil saja uang Tra yang katanya mau dibelikan novel dan
shopping? Pasti uangnya cukup! Tapi kan dia sahabat aku sendiri. Maafin aku ya,
Tra. Nggak ada jalan lain. Karena aku harus secepatnya melunasi uang SPP.”
Tanpa Tri
sadari ada yang melihat kelakuannnya itu, yaitu Fauzia. Dia juga
teman sekelasnya. Fauzia tidak sengaja mengintip Tri di
pintu kelas.
Fauzia : (berbisik) “Apa yang dilakukan Tri? Itu kan tasnya Tra. Kok dia
mengambil uangnya?”
Fauzia pun
langsung ke dalam kelas dan pura-pura tidak tahu. (Bel
masuk kelas pun berbunyi) . Tra, Lala, dan Lili masuk ke dalam kelas.
Lili : “Sedang apa kamu, Tri?”
Tri : “Aku lagi baca buku saja.”
Lala : “Kamu istirahat cuma dikelas
aja? Nggak bosen, Tri?”
Tri : “Nggak, aku kan sudah
bilang aku males.”
Tra : “Udah. Kok jadi
dipermasalahin sih?!”
Tra belum
menyadari kalau uangnya hilang. Setelah dia membuka tasnya dan melihat
dompetnya terbuka dia langsung kaget karena uangnya hilang.
Tra : “Teman-teman, uang aku
hilang semua!”
Lala, Lili : “HILANG?!? (kaget)”
Lili : “Kamu lupa kali, Tra. Coba
cari lagi!”
Tra : “Aku nggak lupa! Tadi aku
simpan di sini uangnya! Kemana ya?”
Lala : “Mungkin ada yang mencuri uang
kamu, Tra!”
Tra :
“Bisa jadi, kalau tidak ada yang mencuri nggak mungkin uang aku hilang.”
Lili :
“Siapa yang mencuri ya, kok tega banget sih!? Kita
laporin ke Kepsek atau Guru aja aja, yuk!”
Lala : “Iya, lebih baik kita laporin
aja.”
Tra :
“Lebih
baik kita cari dulu. Tri! Kok kamu diam saja sih? Bantuin
aku dong ! Uang aku hilang nih!”
Tri : “Bukan aku, Tra, yang
mencuri!”
Tra :
“Siapa yang bilang kamu mencuri?! Aku kan cuma minta dibantuin cari.”
Lili :
“Tri? Kok kamu ngomong gitu? Bukannya aku nuduh kamu ya, dari tadi kan cuma
kamu yang ada di kelas ini sampai istirahat selesai!”
Tri
: “Tapi bukan aku, Li, yang mengambil uang Tra. Benar bukan. Aku kan sahabat
Tra dan kalian.”
Lala :
(jutek) “Biarpun kamu sahabat kita
mungkin aja kan?! Ya udah biar kita nggak salah nuduh kita periksa tas kamu. Cuma
membuktikan saja.”
Tri “Jangan kumohon, JANGAN!!
Bukan aku yang mengambil!”
Lala : “Kalau kamu nggak salah,
kenapa harus takut?”
Tiba-tiba Fauzia
bicara dengan mereka.
Fauzia :
“Hei.. Sebelumnya aku minta maaf kalau aku ikut campur urusan kalian..”
Lili : “Ada apa, Fauzia?”
Fauzia :
“Aku cuma mau bilang tadi aku lihat Tri membuka tas kamu, Tra, dan mengambil
sesuatu yang sepertinya.. uang.”
Tra : “Kamu nggak bohong kan,
Fauzia?”
Fauzia :
“Iya, aku nggak bohong, aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Maafin aku Tri,
aku nggak mau menutupi kejahatan. Jadi aku ngomong apa yang aku lihat tadi.”
Tri :
”Fauzia.. aku sama sekali nggak tau kalau tadi kamu melihat apa yang aku
lakukan. Tra, memang aku yang mengambil uang kamu. Fauzia benar. Tapi aku
terpaksa, Tra! Aku bukan bermaksud jahat.”
Tra :
“Jadi kamu, Tri, yang ambil uang aku! Ya ampun Tri!! Aku nggak nyangka banget
kamu kaya gitu. Kamu kan sahabat aku!”
Fauzia : “Kamu terpaksa kenapa,
Tri?”
Tri :
“Aku terpaksa karna aku belum bayar uang SPP 3 bulan. Orang tuaku nggak punya
uang, kan kamu tahu sendiri ayahku sedang sakit.”
Tra : “Tapi kamu nggak harus
seperti ini, Tri!”
Lala :
“Iya Tri, kenapa kamu nggak jujur aja sama kita. Kalau kamu jujur kita pasti
akan bantu kamu.”
Lili :
“Bener banget! Jadi kamu dari tadi pagi sudah berbohong? Kamu bilang kamu lagi
males aja ternyata kamu ada masalah?”
Tri :
“Tra, Lala, Lili aku menyesal udah nggak jujur sama kalian. Aku seperti ini
karna aku nggak mau menyusahkan kalian terus. Aku minta maaf sama kalian.
Terutama Tra.”
Tra :
“Aku maafin kamu, Tri. Karena aku tahu kamu dalam keadaan terdesak melakukan
semua ini.”
Tri :
“Kamu memang sahabat aku yang paling baik, Tra. Aku menyesal sekali.”
Lala :
“Bagaimanapun seseorang sahabat dia tetap menjadi seorang sahabat!”
Lili :
“Kamu salah, La.. Diralat ya? Bagaimanapun kesalahan seorang sahabat, kita
harus memaafkannya karena manusia pasti membuat kesalahan dan tidak selalu
benar. Jadi kita harus tetap jadi sahabat sejati.”
Tri :
“Makasih ya, sahabat-sahabatku, kalian memang sahabat yang paling baik dan yang
paling aku sayang. Makasih kalian sudah mau maafin aku dan masih mau jadi
sahabat aku.”
Lala :
“Iya dong, harus!”
Tra :
“Ya udah, Tri, uangku untuk kamu saja karena aku tahu kamu sangat membutuhkannya
daripada aku.”
Tri :
“Benar, Tra? Makasih sekali lagi aku ucapkan untuk kamu. Sampai kapan pun juga
aku nggak akan melupakan kebaikan kamu.”
Tra :
“Iya, Tri. Kamu makasih juga dong sama Fauzia karena dia sudah jujur untuk kamu.”
Tri :
“Fauzia, terima kasih ya atas kejujuran kamu! Kalau nggak
ada kamu, mungkin ini akan jadi kebohongan selamanya.”
Fauzia : “Iya Tri, sama-sama.”
Tra : “Ya sudah kalau seperti ini
kan enak. Tralalatrilili tidak hancur. Tra...”
Lala : “Lala...”
Tri : “Tri...”
Lili : “Lili...”
Tralalatrilili, : “YEEEEEEEE!!!!”
*** TAMAT ***
0 komentar:
Posting Komentar