By: Kurnia
Rahayu
Shelvia
sebenarnya adalah gadis yang manis. Sayangnya, ia sering iseng dan membuat
orang-orang di desanya jengkel. Selain itu, ia sering juga jahil dan menakali
terhadap teman-temannya di sekolah. Beberapa waktu lalu, Shelvia membantu Nenek
Dita menemukan kacamatanya yang hilang. Namun, Shelvia lalu menyembunyikan
sulaman Nenek Dita. Saat ditegur bibinya, Shelvia menjawab ringan, “Itulah
gunanya kacamata, Bi! Untuk mencari barang yang hilang”. Ketika di sekolah
Shelvia sering mengganggu teman-temannya. Ia hampir setiap hari menggoda
temannya.
Shelvia juga pernah membantu Bu Nora
mengasuh anak kembarnya, Chiko dan Chika. Saat itu, ia memasukkan banyak garam
ke panci masakan Bu Nora. Pikirnya, bila masakan Bu Nora tidak enak, tentu Bu
Nora akan membeli makanan apa saja untuk membuat si kembar mau makan. Misalnya,
membelikan roti isi di toko Pak Riko, roti isi Pak Riko memang paling enak di
desa itu. Kesukaan anak-anak meski harganya cukup mahal, tetapi banyak
pembelinya. “Aku, kan, hanya ingin menyenangkan Chiko dan Chika. Kasihan mereka
jarang sekali jajan. Bu Nora memang pelit,” Shelvia membela diri lagi saat
dimarahi bibinya.
Maklum saja jika Shelvia nakal
sekali, sejak kecil ia dititipkan kedua orang tuanya Pak dan Bu Hermansyah
kepada bibinya yang tinggal di desa. Jadi Shelvia kurang kasih sayang dari Pak
dan Bu Hermansyah. Hingga Shelvia besar Pak dan Bu Hermansyah tidak pernah
menengoknya. Ketika Shelvia masih bayi, ia dirawat pembantunya. Pak dan Bu
Hermansyah jarang mengasuh Shelvia, mereka sibuk dengan urusan bisnis. Mereka
selalu berangkat pukul 6 pagi hingga larut malam untuk melakukan bisnis, malah
mereka jarang sekali mengasuh dan menyempatkan bertemu dengan Shelvia. Shelvia
putri tunggal keluarga Pak dan Bu Hermansyah, bagi mereka urusan bisnis lebih
penting daripada anak. Maka mereka berdua sepakat menitipkan Shelvia kepada
bibi saudara Bu Hermansyah. Tetapi sebelum menitipkan Shelvia kepada bibinya,
mama Shelvia memberikan kalung tanda perpisahan. Yang pada kalung tersebut
tertera nama orang tua Shelvia. Selain itu, Shelvia diberikan kedua orang
tuanya fasilitas yang lengkap untuk memenuhi kebutuhannya. Di desanya, orang
yang terkaya itu hanya Shelvia dan bibinya. Maka banyak orang-orang di desanya
yang jengkel pada Shelvia, karena ulahnya yang seenaknya saja. Sesering kali
bibi kalah menghadapi Shelvia, akibat sejak kecil ia dimanja. Melakukan
pekerjaan di rumah saja malas-malasan. Ia gemar sekali chattingan dengan orang
asing, hampir setiap hari selalu melakukannya. Sewaktu disuruh berkerja di
rumah, Shelvia membantah. Apalagi kalau ia sedang sibuk chattingan.
Matahari telah terbit tanda pagi
hari, bibi segera membangunkan Shelvia. “Ayo bangun...bangun...dah siang ntar
terlambat sekolah. Jangan malas!!!”, kata bibi. Selesai mandi, Shelvia minum
seteguk teh hangat dan nasi goreng. Ia bergegas untuk berangkat sekolah. Tak
lupa ia meminta izin pada bibi dan paman. Setiap hari Shelvia diantar dan
dijemput sopir pribadinya. Ia malas naik sepeda, kecuali kalau sopir pribadinya
tidak dapat menjemput dan mengantar maka ia terpaksa mau naik sepeda. Jarak
menuju sekolah dari rumah sebenarnya tidak terlalu jauh hanya 2 kilometer.
Sampai di sekolah ia melihat temannya, Sari. Ia sangat membenci Sari karena
sering rangking 1 di kelasnya dan sering mendekati Rendy Saputra. Shelvia
sebenarnya pandai, tapi lebih pandai Sari. Biasanya ia rangking 3 di kelas,
rangking 2 Rendy Saputra. Selain itu, ia suka dengan Rendy. Karena selain
pintar, Rendy banyak yang menyukai. Ia sengaja melewati tempat parkir sepeda.
Melihat Sari naik sepeda baru, ia berusaha membalas dendam. Menunggu Sari masuk
ke kelas, sambil ia mengambil sebuah jarum di tas, lalu mencoblos ban keduanya
hingga kempes.
“Teettttt.......teeetttt....teeettt....”
Bel berbunyi tanda telah masuk. Ia duduk sekelompok dengan teman gengnya,
Cherry, Reny, dan Idza. Pelajaran pertama matematika, Shelvia merasa ngantuk
kemudian tertidur di meja. “Selvia Putri.....!!!!!! Kalau mau tidur di luar
saja,’’ bentak Pak Guru Syahab. Guru tergalak di sekolah ini.
“Via...bangun-bangun...,” kata Idza. Shelvia disuruh maju ke depan mengerjakan
soal. Berhubung Shelvia tidak memperhatikan, ia tidak bisa mengerjakan. Pak
Syahab menghukum Shelvia lari tiga kali mengelilingi lapangan sekolah dan berdiri
di bawah tiang bendera sampai terakhir pelajaran. Shelvia hari ini tidak
mengikuti pelajaran. Cherry merasa kasihan, lalu Cherry membawa makan dan minum
untuk Shelvia. Waktu hukuman masih lama, ia berusaha mencari keringanan. Ia
duduk di taman sebelah, sambil merasakan haus. Cherry berniat memberi minum
Shelvia, Cherry membohongi guru untuk pamit kebelakang.
“Via...stttt,,,stttt...aku kesini membawa minum untukmu???,” kata Cherry.
“Aduhh kamu bikin kaget saja. Kirain kamu guru!! Makasih ya.. Kamu memang
sahabatku,” jawab Shelvia sambil mengusap keringat yang bercucuran. Hari telah
siang semua murid berkemas-kemas pulang. Selesai pulang Reny lari
terbirit-birit menuju ke tiang bendera. Reny menemui Shelvia, Reny mengusap
muka Shelvia dengan kain yang lembut. Shelvia bercerita dengan Reny
“ehhh...tadi pagi aku ngempesin ban sepeda Sari lhohh.. untung nggak ketahuan
sama Sari. Ntar kita liat bareng ekspresinya Sari kaya ap?? Aku penasaran”. “oh
gitu,,, oke dech aku dukung kalau begitu. yap!!,” ucap Reny.
Sari
berasal dari keluarga yang sederhana, membeli sepeda baru dengan hasil usahanya
sendiri. Shelvia, Idza, dan Reny melihat aksi Sari. Mereka tertawa
terbahak-bahak melihat Sari kesusahan “Hahahahahahaa....”. Sari mengetahui
pasti ini semua ulah Shelvia. Tiba-tiba Rendy datang menemui Sari dan
menolongnya. Wajah shelvia memerah semua, ia langsung pulang.
Malam
hari, Shelvia sedih ia merindukan seorang papa dan mama. Ia tidak mengetahui
seperti apa wajah keduanya. Hingga saat ini belum ada kabar mengenai keduanya.
“Bi, siapa orang tuaku sesungguhnya??? Aku ingin bisa memeluknya dan berkumpul
dengan mereka,” tanya Shelvia menangis. “Orang tuamu namanya Pak Hermansyah,
sedangkan Mamamu Rianty. Mereka menitipkan kamu kepada bibi, dengan alasan
mereka bisnis. Tapi, entah kemana bibi tidak tahu keberadaan sekarang. Mereka
meninggalkan kalung itu sebagai tanda perpisahan.” cerita bibi menahan tangis,
merasa kasihan pada Shelvia. “Apa aku sudah tidak dapat bertemu dengannya
lagi??” tanya Shelvia. “Bibi juga tidak tahu, tergantung mereka mau menemuimu
atau tidak!!,” jawab bibi. Bibi ikhlas sekali merawat Shelvia hingga besar,
memberikan kasih sayang dengan hati yang tulus, dan menganggapnya sebagai anak.
Karena selama ini bibi belum memiliki anak. Mendengar cerita bibi Shelvia
tertidur terlelap. Sebelum meninggalkan kamar Shelvia, bibi mencium kening
Shelvia.
Hari Senin, saatnya upacara bendera. Ia menjadi petugas
upacara, mengibarkan bendera. Shelvia memiliki ide, untuk mengisengi Sari lagi.
Membalas Sari karena kemarin pulang bareng Rendy. Sari juga bertugas sebagai
pembaca UUD. Ia bersama Reny dan Idza berusaha mengambil naskah teks UUD
tersebut, supaya Sari dimarahin gurunya. Ia menyembunyikan naskah tersebut di
gudang sekolah. Upacara segera dimulai di halaman sekolah, Sari tampak gelisah
kebingungan mencari naskah tersebut. Ia segera menempatkan diri menuju halaman
sekolah. Sari belum menemukan naskah tersebut, lalu melaporkan kepada guru.
Tetapi, guru sekolah tidak percaya kalau Sari menghilangkan. Sari di sekolah
terkenal siswa bijaksana. Sambil tersenyum-senyum ia melemparkan topi pada
Sari. “Hahahahahaa...emang enak,” Ia lancang mengucapkan kata tersebut. Tak
disadari Pak Syahab dan Bu Karmila berdiri dibelakang ia. Bu Karmila Kepala
Sekolah, ia tidak suka jika muridnya nakal. Shelvia langsung tangannya ditarik
Bu Karmila dibawa ke kantor. Bu Karmila memeringati lagi, “Jangan lakukan
perbuatan seperti itu lagi!! Sampai dua kali melakukannya, kamu dikeluarkan
dari sekolah ini!”. Ia hanya mengangguk. Sebagai hukumannya, Shelvia tidak
boleh mengikuti upacara. Lalu ia menuju kelas, ia berbuat ulah lagi. Setiap tas
temannya digeledah isinya, ia menemukan bingkisan kado ulang tahun. Ternyata
hari ini ulang tahun Sari, kado tersebut dari Rendy. Ia teringat bahwa besok juga
ulang tahun. Ia berfikir besok ulang tahunnya, “Apakah besok aku diberi
bingkisan sama Rendy!!!”. Ia berharap sekali diberi kado dari Rendy,
dikeluarkan lem dari tas Shelvia. Ia memberi lem disekitar tempat duduk Sari.
Upacara selesai, Sari memasuki ruang kelasnya kemudian menuju tempat duduknya.
Pelajaran pertama matematika, ia bosan banget. Ia, idza, dan Reny akan
melempari Pak Syahab dengan gulungan kertas dari belakang. Karena Sari jago
matematika Sari disuruh maju, Sari merasakan sulit untuk berdiri. Rok panjang
Sari sobek, semua temannya tertawa hanya Rendy yang tidak tertawa. Apalagi
Shelvia paling keras sendiri, Pak Syahab menegur Shelvia. “Shelvia!!!! Jangan
membuat ulah lagi!!!! Jangan melakukan perbuatan yang ceroboh seperti ini,”
bentak Pak Syahab. Ia tetap tak peduli. Ketika Pak Syahab sedang menulis di
papan tulis, ia melempar kertas gulungan tersebut. Pak Syahab jengkel sekali,
kemudian melapor kepada Bu Karmila untuk menindak lanjuti perbuatan Shelvia.
Pelajaran selesai, saatnya pulang. “Dhinnn...dhinnn,,” mobil pribadi Shelvia
datang. Ia melihat Sari sedang menuju ke kamar mandi, ia ingin mengunci Sari di
dalam kamar mandi. Selesai mengunci dari luar kamar mandi, lalu ia menuju ke
mobil pribadinya di gerbang pintu sekolah. Dari kamar mandi, Bu Karmila
mendengar ada siswa yang meminta pertolongan. Bu Karmila bergegas menuju kamar
mandi, lalu membuka pintu tersebut. Mendengar cerita dari Sari tentang
perbuatan Shelvia, akhirnya Shelvia dipanggil Bu Karmila di halaman sekolah. Ia
datang menemui Bu Karmila. Disodorkan sebuah surat dari sekolah, tentang
pemanggilan orang tua. Shelvia membuka isi surat tersebut. “Bu...bu...bu...
Saya telah lama tidak memiliki kedua orang tua, sejak kecil saya dititipkan
kepada bibi. Orang tua, hingga saat ini saya tidak mengetahui kabarnya dan
mereka selama ini belum pernah menengok saya,” ucap Shelvia lantang. Mendengar
perkataan Shelvia Bu Karmila merasa sedih, dipeluknya tubuh Shelvia erat-erat.
Tetapi, sekolah harus memanggil wali Shelvia.
Malam hari, ia bertanya kepadaa bibi “Bi, besok hari
ulang tahunku. Apa orang tuaku mau menjengukku??”. “Orang tuamu mungkin sedang
sibuk disana,” kata bibi. “Kenapa mereka mementingkan pekerjaan,” ucap Shelvia.
Bibi tak menjawab pertanyaan tersebut, paman dan bibi akan membuat pesta kecil
untuk menghibur Shelvia di hari ulang tahunnya. Bibi melihat selembar surat di
meja belajar Shelvia, lalu mengambilnya. Bibi kaget, setelah membaca surat
tersebut. Tetapi bibi tetap akan datang ke sekolah Shelvia. Jam alarm
berdentang, tanda untuk bangun persiapan sekolah. Ketika akan menuju lantai
bawah, tidak ada satupun lampu yang dihidupkan. Shelvia takut hal yang
gelap-gelap, kalau melihat suasana gelap ia menangis. Ia selalu teringat kalau
dia takut ditinggalkan orang yang ia cintai. Tiba-tiba bibi, menghidupkan
lampu. Paman membawakan kue ulang
tahun. Cherry, Reny, dan Idza
menyanyikan lagu ulang tahun dan membawa hadiah. Shelvia lari memeluk bibi dan
paman, ia berfikir masih ada orang yang sayang padanya. Cherry, Reny, dan Idza
memberikan ucapan selamat, ia memeluk ketiga sahabatnya itu. Sampai di sekolah,
Rendy mengucapkan selamat. Shelvia bahagia sekali Rendy masih ingat hari ini
ulang tahunnya. Sari juga memberikan ucapan selamat dan memberikan bingkisan
kado. Bibi menuju kantor, menghadap Bu Karmila. Lalu bibi dimintai keterangan
tentang Shelvia selalu usil, iseng, dan nakal. Bibi bercerita panjang lebar. Bu
Karmila mengetahui perasaan Shelvia saat ini, kurang perhatian dari orang tua
kandungnya. Akhirnya, Bu Karmila memutuskan tidak akan mengeluarkan Shelvia
dari sekolah ini. Bibi langsung memberitahukan pada Shelvia perkataan yang
diucapkan Bu Karmila. “Horree....Horrrre.....” Shelvia senang sekali. Ia
membuka kado dari Sari di pojok kantin sekolah, sebuah surat dibacanya, “Shelvia
yang manis, aku hanya bisa memberikan lukisan ini. Aku mohon kamu mau menerima
dan menyimpan. Kehilangan sosok orang tua itu memang menyedihkan, seperti aku.
Aku yang setiap hari hidup tanpa orang tua. Orang tuaku meninggal telah lama,
aku hidup hanya bersama kedua adikku. Masih beruntung kamu ada sosok orang yang
peduli sama kamu.. Rendy hanyalah sebatas teman kelompok belajar saja”. Shelvia
meneteskan air mata setelah membaca surat dari Sari, Cherry datang
mengelus-elus punggung Shelvia dan berkata, “Shelvia, lebih baik kamu minta
maaf atas perbuatanmu yang telah dilakukan terhadap Sari!!”. Mendengar
perkataan Cherry, ia datang menghampiri Sari dan memeluk. Meminta maaf atas
segala perbuatan yang telah dilakukannya. Rendy sekarang menjadi teman Shelvia,
ia merasa senang didekati Rendy. Setiap pulang sekolah, Shelvia mau membantu
pekerjaan rumah. Membantu paman dan bibi. Kelakuan Shelvia bertambah menjadi
baik, orang-orang di sekitar desanya senang Shelvia telah berubah. Ia memeluk bibi dan meminta maaf. “Aku janji
tidak akan nakal, usil, dan iseng lagi. Aku mau jadi anak manis selamanya,
asalkan bibi dan paman menjadi orang tuaku selamanya!” Shelvia berjanji. Pak
Syahab dan Bu Karmila senang sekali kini Shelvia telah berubah. Shelvia,
Cherry, Reny, Idza, Sari, dan Rendy menjadi sahabat sejatinya. Sekarang Shelvia
tidak merasa kesepian lagi, banyak orang yang memperdulikan Shelvia.
Sejak saat itu Shelvia tidak pernah nakal lagi. Ia lebih
rela menghilangkan sifat isengnya daripada harus kehilangan orang yang
disayanginya.
~Selesai~
0 komentar:
Posting Komentar