Minggu, 26 Februari 2012

14.06

By: Kurnia Rahayu

Shelvia sebenarnya adalah gadis yang manis. Sayangnya, ia sering iseng dan membuat orang-orang di desanya jengkel. Selain itu, ia sering juga jahil dan menakali terhadap teman-temannya di sekolah. Beberapa waktu lalu, Shelvia membantu Nenek Dita menemukan kacamatanya yang hilang. Namun, Shelvia lalu menyembunyikan sulaman Nenek Dita. Saat ditegur bibinya, Shelvia menjawab ringan, “Itulah gunanya kacamata, Bi! Untuk mencari barang yang hilang”. Ketika di sekolah Shelvia sering mengganggu teman-temannya. Ia hampir setiap hari menggoda temannya.
            Shelvia juga pernah membantu Bu Nora mengasuh anak kembarnya, Chiko dan Chika. Saat itu, ia memasukkan banyak garam ke panci masakan Bu Nora. Pikirnya, bila masakan Bu Nora tidak enak, tentu Bu Nora akan membeli makanan apa saja untuk membuat si kembar mau makan. Misalnya, membelikan roti isi di toko Pak Riko, roti isi Pak Riko memang paling enak di desa itu. Kesukaan anak-anak meski harganya cukup mahal, tetapi banyak pembelinya. “Aku, kan, hanya ingin menyenangkan Chiko dan Chika. Kasihan mereka jarang sekali jajan. Bu Nora memang pelit,” Shelvia membela diri lagi saat dimarahi bibinya.
            Maklum saja jika Shelvia nakal sekali, sejak kecil ia dititipkan kedua orang tuanya Pak dan Bu Hermansyah kepada bibinya yang tinggal di desa. Jadi Shelvia kurang kasih sayang dari Pak dan Bu Hermansyah. Hingga Shelvia besar Pak dan Bu Hermansyah tidak pernah menengoknya. Ketika Shelvia masih bayi, ia dirawat pembantunya. Pak dan Bu Hermansyah jarang mengasuh Shelvia, mereka sibuk dengan urusan bisnis. Mereka selalu berangkat pukul 6 pagi hingga larut malam untuk melakukan bisnis, malah mereka jarang sekali mengasuh dan menyempatkan bertemu dengan Shelvia. Shelvia putri tunggal keluarga Pak dan Bu Hermansyah, bagi mereka urusan bisnis lebih penting daripada anak. Maka mereka berdua sepakat menitipkan Shelvia kepada bibi saudara Bu Hermansyah. Tetapi sebelum menitipkan Shelvia kepada bibinya, mama Shelvia memberikan kalung tanda perpisahan. Yang pada kalung tersebut tertera nama orang tua Shelvia. Selain itu, Shelvia diberikan kedua orang tuanya fasilitas yang lengkap untuk memenuhi kebutuhannya. Di desanya, orang yang terkaya itu hanya Shelvia dan bibinya. Maka banyak orang-orang di desanya yang jengkel pada Shelvia, karena ulahnya yang seenaknya saja. Sesering kali bibi kalah menghadapi Shelvia, akibat sejak kecil ia dimanja. Melakukan pekerjaan di rumah saja malas-malasan. Ia gemar sekali chattingan dengan orang asing, hampir setiap hari selalu melakukannya. Sewaktu disuruh berkerja di rumah, Shelvia membantah. Apalagi kalau ia sedang sibuk chattingan.
            Matahari telah terbit tanda pagi hari, bibi segera membangunkan Shelvia. “Ayo bangun...bangun...dah siang ntar terlambat sekolah. Jangan malas!!!”, kata bibi. Selesai mandi, Shelvia minum seteguk teh hangat dan nasi goreng. Ia bergegas untuk berangkat sekolah. Tak lupa ia meminta izin pada bibi dan paman. Setiap hari Shelvia diantar dan dijemput sopir pribadinya. Ia malas naik sepeda, kecuali kalau sopir pribadinya tidak dapat menjemput dan mengantar maka ia terpaksa mau naik sepeda. Jarak menuju sekolah dari rumah sebenarnya tidak terlalu jauh hanya 2 kilometer. Sampai di sekolah ia melihat temannya, Sari. Ia sangat membenci Sari karena sering rangking 1 di kelasnya dan sering mendekati Rendy Saputra. Shelvia sebenarnya pandai, tapi lebih pandai Sari. Biasanya ia rangking 3 di kelas, rangking 2 Rendy Saputra. Selain itu, ia suka dengan Rendy. Karena selain pintar, Rendy banyak yang menyukai. Ia sengaja melewati tempat parkir sepeda. Melihat Sari naik sepeda baru, ia berusaha membalas dendam. Menunggu Sari masuk ke kelas, sambil ia mengambil sebuah jarum di tas, lalu mencoblos ban keduanya hingga kempes.
            “Teettttt.......teeetttt....teeettt....” Bel berbunyi tanda telah masuk. Ia duduk sekelompok dengan teman gengnya, Cherry, Reny, dan Idza. Pelajaran pertama matematika, Shelvia merasa ngantuk kemudian tertidur di meja. “Selvia Putri.....!!!!!! Kalau mau tidur di luar saja,’’ bentak Pak Guru Syahab. Guru tergalak di sekolah ini. “Via...bangun-bangun...,” kata Idza. Shelvia disuruh maju ke depan mengerjakan soal. Berhubung Shelvia tidak memperhatikan, ia tidak bisa mengerjakan. Pak Syahab menghukum Shelvia lari tiga kali mengelilingi lapangan sekolah dan berdiri di bawah tiang bendera sampai terakhir pelajaran. Shelvia hari ini tidak mengikuti pelajaran. Cherry merasa kasihan, lalu Cherry membawa makan dan minum untuk Shelvia. Waktu hukuman masih lama, ia berusaha mencari keringanan. Ia duduk di taman sebelah, sambil merasakan haus. Cherry berniat memberi minum Shelvia, Cherry membohongi guru untuk pamit kebelakang. “Via...stttt,,,stttt...aku kesini membawa minum untukmu???,” kata Cherry. “Aduhh kamu bikin kaget saja. Kirain kamu guru!! Makasih ya.. Kamu memang sahabatku,” jawab Shelvia sambil mengusap keringat yang bercucuran. Hari telah siang semua murid berkemas-kemas pulang. Selesai pulang Reny lari terbirit-birit menuju ke tiang bendera. Reny menemui Shelvia, Reny mengusap muka Shelvia dengan kain yang lembut. Shelvia bercerita dengan Reny “ehhh...tadi pagi aku ngempesin ban sepeda Sari lhohh.. untung nggak ketahuan sama Sari. Ntar kita liat bareng ekspresinya Sari kaya ap?? Aku penasaran”. “oh gitu,,, oke dech aku dukung kalau begitu. yap!!,” ucap Reny. 
Sari berasal dari keluarga yang sederhana, membeli sepeda baru dengan hasil usahanya sendiri. Shelvia, Idza, dan Reny melihat aksi Sari. Mereka tertawa terbahak-bahak melihat Sari kesusahan “Hahahahahahaa....”. Sari mengetahui pasti ini semua ulah Shelvia. Tiba-tiba Rendy datang menemui Sari dan menolongnya. Wajah shelvia memerah semua, ia langsung pulang.
Malam hari, Shelvia sedih ia merindukan seorang papa dan mama. Ia tidak mengetahui seperti apa wajah keduanya. Hingga saat ini belum ada kabar mengenai keduanya. “Bi, siapa orang tuaku sesungguhnya??? Aku ingin bisa memeluknya dan berkumpul dengan mereka,” tanya Shelvia menangis. “Orang tuamu namanya Pak Hermansyah, sedangkan Mamamu Rianty. Mereka menitipkan kamu kepada bibi, dengan alasan mereka bisnis. Tapi, entah kemana bibi tidak tahu keberadaan sekarang. Mereka meninggalkan kalung itu sebagai tanda perpisahan.” cerita bibi menahan tangis, merasa kasihan pada Shelvia. “Apa aku sudah tidak dapat bertemu dengannya lagi??” tanya Shelvia. “Bibi juga tidak tahu, tergantung mereka mau menemuimu atau tidak!!,” jawab bibi. Bibi ikhlas sekali merawat Shelvia hingga besar, memberikan kasih sayang dengan hati yang tulus, dan menganggapnya sebagai anak. Karena selama ini bibi belum memiliki anak. Mendengar cerita bibi Shelvia tertidur terlelap. Sebelum meninggalkan kamar Shelvia, bibi mencium kening Shelvia.
            Hari Senin, saatnya upacara bendera. Ia menjadi petugas upacara, mengibarkan bendera. Shelvia memiliki ide, untuk mengisengi Sari lagi. Membalas Sari karena kemarin pulang bareng Rendy. Sari juga bertugas sebagai pembaca UUD. Ia bersama Reny dan Idza berusaha mengambil naskah teks UUD tersebut, supaya Sari dimarahin gurunya. Ia menyembunyikan naskah tersebut di gudang sekolah. Upacara segera dimulai di halaman sekolah, Sari tampak gelisah kebingungan mencari naskah tersebut. Ia segera menempatkan diri menuju halaman sekolah. Sari belum menemukan naskah tersebut, lalu melaporkan kepada guru. Tetapi, guru sekolah tidak percaya kalau Sari menghilangkan. Sari di sekolah terkenal siswa bijaksana. Sambil tersenyum-senyum ia melemparkan topi pada Sari. “Hahahahahaa...emang enak,” Ia lancang mengucapkan kata tersebut. Tak disadari Pak Syahab dan Bu Karmila berdiri dibelakang ia. Bu Karmila Kepala Sekolah, ia tidak suka jika muridnya nakal. Shelvia langsung tangannya ditarik Bu Karmila dibawa ke kantor. Bu Karmila memeringati lagi, “Jangan lakukan perbuatan seperti itu lagi!! Sampai dua kali melakukannya, kamu dikeluarkan dari sekolah ini!”. Ia hanya mengangguk. Sebagai hukumannya, Shelvia tidak boleh mengikuti upacara. Lalu ia menuju kelas, ia berbuat ulah lagi. Setiap tas temannya digeledah isinya, ia menemukan bingkisan kado ulang tahun. Ternyata hari ini ulang tahun Sari, kado tersebut dari Rendy. Ia teringat bahwa besok juga ulang tahun. Ia berfikir besok ulang tahunnya, “Apakah besok aku diberi bingkisan sama Rendy!!!”. Ia berharap sekali diberi kado dari Rendy, dikeluarkan lem dari tas Shelvia. Ia memberi lem disekitar tempat duduk Sari. Upacara selesai, Sari memasuki ruang kelasnya kemudian menuju tempat duduknya. Pelajaran pertama matematika, ia bosan banget. Ia, idza, dan Reny akan melempari Pak Syahab dengan gulungan kertas dari belakang. Karena Sari jago matematika Sari disuruh maju, Sari merasakan sulit untuk berdiri. Rok panjang Sari sobek, semua temannya tertawa hanya Rendy yang tidak tertawa. Apalagi Shelvia paling keras sendiri, Pak Syahab menegur Shelvia. “Shelvia!!!! Jangan membuat ulah lagi!!!! Jangan melakukan perbuatan yang ceroboh seperti ini,” bentak Pak Syahab. Ia tetap tak peduli. Ketika Pak Syahab sedang menulis di papan tulis, ia melempar kertas gulungan tersebut. Pak Syahab jengkel sekali, kemudian melapor kepada Bu Karmila untuk menindak lanjuti perbuatan Shelvia. Pelajaran selesai, saatnya pulang. “Dhinnn...dhinnn,,” mobil pribadi Shelvia datang. Ia melihat Sari sedang menuju ke kamar mandi, ia ingin mengunci Sari di dalam kamar mandi. Selesai mengunci dari luar kamar mandi, lalu ia menuju ke mobil pribadinya di gerbang pintu sekolah. Dari kamar mandi, Bu Karmila mendengar ada siswa yang meminta pertolongan. Bu Karmila bergegas menuju kamar mandi, lalu membuka pintu tersebut. Mendengar cerita dari Sari tentang perbuatan Shelvia, akhirnya Shelvia dipanggil Bu Karmila di halaman sekolah. Ia datang menemui Bu Karmila. Disodorkan sebuah surat dari sekolah, tentang pemanggilan orang tua. Shelvia membuka isi surat tersebut. “Bu...bu...bu... Saya telah lama tidak memiliki kedua orang tua, sejak kecil saya dititipkan kepada bibi. Orang tua, hingga saat ini saya tidak mengetahui kabarnya dan mereka selama ini belum pernah menengok saya,” ucap Shelvia lantang. Mendengar perkataan Shelvia Bu Karmila merasa sedih, dipeluknya tubuh Shelvia erat-erat. Tetapi, sekolah harus memanggil wali Shelvia.
            Malam hari, ia bertanya kepadaa bibi “Bi, besok hari ulang tahunku. Apa orang tuaku mau menjengukku??”. “Orang tuamu mungkin sedang sibuk disana,” kata bibi. “Kenapa mereka mementingkan pekerjaan,” ucap Shelvia. Bibi tak menjawab pertanyaan tersebut, paman dan bibi akan membuat pesta kecil untuk menghibur Shelvia di hari ulang tahunnya. Bibi melihat selembar surat di meja belajar Shelvia, lalu mengambilnya. Bibi kaget, setelah membaca surat tersebut. Tetapi bibi tetap akan datang ke sekolah Shelvia. Jam alarm berdentang, tanda untuk bangun persiapan sekolah. Ketika akan menuju lantai bawah, tidak ada satupun lampu yang dihidupkan. Shelvia takut hal yang gelap-gelap, kalau melihat suasana gelap ia menangis. Ia selalu teringat kalau dia takut ditinggalkan orang yang ia cintai. Tiba-tiba bibi, menghidupkan lampu.  Paman membawakan kue ulang tahun.  Cherry, Reny, dan Idza menyanyikan lagu ulang tahun dan membawa hadiah. Shelvia lari memeluk bibi dan paman, ia berfikir masih ada orang yang sayang padanya. Cherry, Reny, dan Idza memberikan ucapan selamat, ia memeluk ketiga sahabatnya itu. Sampai di sekolah, Rendy mengucapkan selamat. Shelvia bahagia sekali Rendy masih ingat hari ini ulang tahunnya. Sari juga memberikan ucapan selamat dan memberikan bingkisan kado. Bibi menuju kantor, menghadap Bu Karmila. Lalu bibi dimintai keterangan tentang Shelvia selalu usil, iseng, dan nakal. Bibi bercerita panjang lebar. Bu Karmila mengetahui perasaan Shelvia saat ini, kurang perhatian dari orang tua kandungnya. Akhirnya, Bu Karmila memutuskan tidak akan mengeluarkan Shelvia dari sekolah ini. Bibi langsung memberitahukan pada Shelvia perkataan yang diucapkan Bu Karmila. “Horree....Horrrre.....” Shelvia senang sekali. Ia membuka kado dari Sari di pojok kantin sekolah, sebuah surat dibacanya, “Shelvia yang manis, aku hanya bisa memberikan lukisan ini. Aku mohon kamu mau menerima dan menyimpan. Kehilangan sosok orang tua itu memang menyedihkan, seperti aku. Aku yang setiap hari hidup tanpa orang tua. Orang tuaku meninggal telah lama, aku hidup hanya bersama kedua adikku. Masih beruntung kamu ada sosok orang yang peduli sama kamu.. Rendy hanyalah sebatas teman kelompok belajar saja”. Shelvia meneteskan air mata setelah membaca surat dari Sari, Cherry datang mengelus-elus punggung Shelvia dan berkata, “Shelvia, lebih baik kamu minta maaf atas perbuatanmu yang telah dilakukan terhadap Sari!!”. Mendengar perkataan Cherry, ia datang menghampiri Sari dan memeluk. Meminta maaf atas segala perbuatan yang telah dilakukannya. Rendy sekarang menjadi teman Shelvia, ia merasa senang didekati Rendy. Setiap pulang sekolah, Shelvia mau membantu pekerjaan rumah. Membantu paman dan bibi. Kelakuan Shelvia bertambah menjadi baik, orang-orang di sekitar desanya senang Shelvia telah berubah.  Ia memeluk bibi dan meminta maaf. “Aku janji tidak akan nakal, usil, dan iseng lagi. Aku mau jadi anak manis selamanya, asalkan bibi dan paman menjadi orang tuaku selamanya!” Shelvia berjanji. Pak Syahab dan Bu Karmila senang sekali kini Shelvia telah berubah. Shelvia, Cherry, Reny, Idza, Sari, dan Rendy menjadi sahabat sejatinya. Sekarang Shelvia tidak merasa kesepian lagi, banyak orang yang memperdulikan Shelvia.
            Sejak saat itu Shelvia tidak pernah nakal lagi. Ia lebih rela menghilangkan sifat isengnya daripada harus kehilangan orang yang disayanginya.
~Selesai~

0 komentar:

Posting Komentar