''Abadikan cinta Anda dengan cincin kawin Berlian,''
demikian slogan sebuah iklan. Tak mengherankan, sebagian calon mempelai,
merasa kurang percaya diri, bila pernikahannya tanpa memberikan cincin
berlian terhadap pasangannya. Sejak kapan berlian menjadi aksesoris bagi
pertunangan maupun pernikahan? Terlepas dari kejituan iklan tersebut,
berlian memang telah mendapat tempat terhormat, sejak zaman Romawi kuno.
Orang Romawi di masa itu sangat mempercayai hubungan berlian, cinta,
dan kisah kasih. Mereka yakin, berlian dapat mengungkapkan sentuhan rasa
terdalam dari manusia yaitu hati. Dengan kekuatan pesona berlian yang
ditemukan pertamakali di India pada 800 sebelum masehi ini, dapat
mengikat hati kekasih. Mengapa mereka menganggap berlian memiliki pesona
penyatuan? Penyebabnya, bentuk asli berlian yang bersegi delapan,
tampak seperti dua piramid yang kedua dasarnya saling menyatu (pada saat
itu belum dapat dipisahkan). Mereka percaya, bentuk asli berlian ini
sebagai simbol alami dari dua hati dan melambangkan cinta abadi.
Inilah
yang membuat orang Romawi kuno menjadikan berlian sebagai cincin kawin.
Cincin kawin berlian ini pertamakali digunakan pada perkawinan
bangsawan, Constanza Sforza dan Caamilla d'Arigona di Pesaro, Italia,
pada 1475. Perayaan perkawinan ini diabadikan di dalam seri ilustrasi
yang ditemukan di sebuah manuskrip. Kini manuskrip ini tersimpan rapi di
Museum Vatikan. Ilustrasi itu menggambarkan dewa perkawinan mengenakan
jubah berhiaskan cincin berlian yang mempersatukan dua obor yang
menyala. Para pasangan bangsawan percaya, api berlian dapat
mempersatukan hati mereka! Cincin kawin berlian tidak hanya digunakan
oleh para bangsawan, tapi juga rakyat biasa. Pada abad 17, sebagai
rakyat biasa, Agnes Sorel mematahkan tradisi sebelumnya. Agnes
mempersembahkan cincin kawin berlian pada hari perkawinannya. Satu abad
kemudian, ketika berlian ditemukan di Brazil, semakin banyak wanita
mengenakan cincin kawin berlian sebagai ikatan cinta mereka.
Sejak
1919, Marcel Tolkowsky menemukan irisan berlian bundar dengan 58 faset
(permukaan). Desain perhiasan cincin kawin berlian pun dirancang lebih
sederhana, seperti ikatan Tiffany. Ikatannya menggunakan 6 cakar. Desain
ini memberi kebebasan bagi cahaya untuk masuk dari setiap sisi,
sehingga berlian itu nampak lebih bersinar lagi. Kini, ikatan-ikatan
itu, semakin banyak macamnya. Misalnya, ikatan bezel, yaitu berlian
ditanam di dalam cincinnya dan bagian luarnya dilapisi logam. Ikatan ini
membuat cincin tersebut memiliki permukaan yang halus, seperti harapan
memiliki perkawinan yang mulus. Ada juga ikatan channel, yaitu beberapa
baris berlian atau sekumpulan berlian disusun sepanjang logamnya. Pada
abad 20, tepatnya tahun 1981, ditemukan ikatan Niessing. Nama ikatan ini
dinisbahkan kepada penemunya Niessing dari Jerman. Pada ikatan ini,
berliannya disokong oleh kedua ujung logam menggunaka metode penjepit.
Pada
abad 20 ini, karena menerima banyak hadiah berlian indah dari kekasih
sejatinya Richard Burton, Elizabeth Taylor disebut sebagai Sang Wanita
Berlian. Di antaranya, ia mendapat hadiah cincin berlian Krupp yang
diserahkan Richard pada 1968. Meski berasal dari tradisi di Barat, orang
Asia pun meniru mengabadikan cinta dengan cincin berlian. Namun
demikian, di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Indonesia dan
Filipina, cincin kawin berlian kembar telah lama digunakan oleh para
pasangan yang bakal menikah. Dalam sebuah penelitian yang diprakarsai
oleh Diamond Information Center Indonesia, disebutkan bahwa para
responden percaya jika cincin kawin berlian mereka tidak sama, maka
hubungan mereka bisa putus, dan begitu sebaliknya. Jika cincin kawin
berlian itu berbeda berarti mereka akan menuju ke masa depan yang
berbeda pula arahnya. Hingga kini, para pasangan tersebut, masih
menggantungkan kepercayaan keabadian cintanya dengan cincin kawin
berlian. Betulkah demikian? Waktu juga, agaknya, yang menguji cinta
mereka.
0 komentar:
Posting Komentar